Sebut saja aku febri. Aku masih pegaiwai baru
di perusahaan swasta, aku baru lulus kulaih bebrapa bulan lalu. Aku memang
menargetkan memiliki pasangan hidup yang benar-benar serius saat sudah mendapatkan
pekerjaan yang menjanjikan. Jadi saat dimana gaji pertama yang aku terima
dengan nominal 2x nilai UMR kotaku aku memberanikan diri menembak seorang cewek
yang memang sudah dari dulu aku harapkan jadi istriku.
Dialah sahabat dekatku. Sebut saja namanya
Winda. Sejauh umurnya lah aku sudah mengenalnya. Dia sahabat ku dari kecil
hingga sekarang. Walau rumah kami ahirnya berpisah nyatanya saat menginjak
bangku perkuliahan kita disatukan kemlai. Entah dari mana rasa cinta itu timbul
dan hanya aku pendam karena aku berjanji tidak akan berpacaran kalu belum
berpenghasilan sendiri. Tetapi rasa cintaku padanya sudah aku simbolkan dalam
sikap dan perilaku saat jalan dneggannya. Diapun menaggapiku dengan positif.
Sama sepertiku. Dia juga tidak berpacaran selama
belum berpenghasilan sendiri walu banyak cowok yang mendekatinya. Karena aki
terlalu dekat sebgai sahabat terkadang dia mengatakan pada cowok yang
menembaknya kalau akulah kekasihnya. Hingga sekarang hal itu terjadi, aku dan
dia benar-benar jadian.
Karena umur juga aku dan dia menargetkan
pernikahan 2 tahun setalah jadian hubungan kita. Selama itu kami berpacaran
bisa saja, lurus-lurus saja sesuai norma agama. Karena kami memang orang-orang
beragama.
Dalam perjalanan 2 tahun itulah aku mengalami
penyimpangan. Jujur aku memang bisex dimana aku tertarik pada lawan jenis
tetapi juga tertarik pada sesama jenis (gay). Jujur ini masih belum satu tahun
tapi sudah terjadi dan membuat aku managis.
Awalnya, karena sudah memiliki uang sendiri
aku mulai suka nongkrong di pinggir jalan dan berkenalan dnegan banyak orang.
Begitupula di dunia maya aku membuat akun gay yang palsu bukan aku. Dari dunia
maya itulah aku berkenalan dnegan banyak orang, jujur hal itu sangat
menyenangkan. Aku berbincang dengan banyak orang gay tanpa ada rasa canggung.
Walau begitu aku masih lurus-lurus saja. aku
tidak melakukan sex walau dalam gay banyak yang mengajak. Aku hanya berniat
berteman saja tetapi tidak melakukan sex. Banyak sekali teman-teman gay yang
aku kenal, kami saling mengobrol dan bertukar pandangan. Dari saja juga aku
baru tahu teman-teman SD, SMP, SMA hinga perkulihan banyak juga yang gay tetapi
tidak aku ketahui sebelumnya. Ada juga teman gay yang ahirnya bersahabat dekat
dengan diriku karena obrolan kita seperti menyambung dan sama-sama tidak
mementingkan sex.
Hingga suatu malam sebuah iblis memasuki hidup
kita.
Awalnya kami berdua ngobrol biasa-biasa saja
sambil silaturohmi karena masih dalam suasana lebaran. Sebut saja namanya Aar.
Sambil mengobrol dan menanton TV di kamarku kami saling tertawa-tawa dan
bercanda. Menjelang tengah malam AAr ingin PUP dan minta ijik ke kamar mandi
kost ku.
Saat AAr kembali dari kamar mandi itu lah
perubahan terjadi. Obrolan kita bukan lagi yang lucu atau yang sederhana.
Tetapi lebih cendrung ke masalah sex, bluefilm hingga organ sensitif kita. Hal
itu ahirnya membuatku terangsang. Aku memang sama sekali belum pernah melakukan
sex, sedagkan dia sudah.
Memang salahku, aku yang merayunya karena aku
sudah sangat terangsang. Sebenarnya dia tidak mau karena dia sudah
mengganggapku sebagai sahabtnya, menurutnya berhubungan dengan sahabat sendiri
sangtlah menjijikkan. Sedangkan aku saat itu terus merangsangnya. Hingga
ahirnya sebuah ciuman di bibir, pipi, dada dan ahirnya hingga oral sex pun
terjadi.
Mungkin karena ingin memberiku pengalaman
bercinta juga ahirnya dia membrikan aku tanda positif untuk melanjutkannya.
Lampu kmarpun kami matikan. Seperti pengantin baru aku melakukannya dengan
sangat tidak profesional hingga dia yang mengajariku. Dia mengajariku ciuman
bibir yang enak, cuman pipi yang enak bahkan cara mempermaninkan punting susu
salawan dan oral yang benar. Jujur karena itu pertama kalinya buatku aku
benar-benar sangat menikmatinya. Hingga.
Prek... suara benda jatuh terdengar di kamrku.
Aar yang sedang menserfisku berhenti dan aku juga bangkit. Dari gelapnya malam
aku melihat tasbih yang biasa aku gantung jatuh di lantai. Dari sanalah aku dan
Aar berhenti. Kunyalakan lamu dan segera aku pakai pakaianku lagi. begitu juga
Aar. Saat aku lihat wajahnya aku seperti melihat dia menagis dan jijik. Enah
apa yang terjadi saat itu aku tidak tahu. Tidak ada yang organisme malam itu.
Tak lama setelah itu Aar pamit pulang sedangkan aku tidak berbuat apa-apa.
Melihat wajanya yang murung membuatku takut menyapanya.
Malam itu aku dan dia tidak bisa tidur. Aku
merasa bersalah padanya dan dia juga merasa hal yang sama. Hanya melalui pesan
BBm kita ahirnya tahu kalu kita sama-sama bersalah. Tetapi aku lebih merasa
bersalah. Hingga ahirnya kita memutuskan untuk tidak berhubungan, bersapa dan
bertemu dulu hingga rasa bersalah diantara kami benar-benar lenyap.
Dalam rasa sesal dan salah itu aku tak
berhenti hentinya menagis dan meminta maaf pada diriku sendiri dan terutama
pada ALLAH SWT. Setiap melihat foto AAr aku selalu merasa bersalah dan merasa
berdosa. Saat melihat di BBM fotonya aku selalu langsung menagis akan kesalahan
aku terhadapnya.
Tapi
anehnya setelah satu minggu perasaan itu menjadi suatu rasa yang aneh. Rasa itu
berubah menjadi sebuh rasa rindu yang tak terbendung. Setiap melihat fotonya
aku ingin meminta maaf padanya dan memeluknya. Hal itu mirip dengan saat aku
jatuh cinta pada winda pada saat pertama kalinya.
Apakah ini namanya cinta gay. Entah aku tak
pernah merasakannya. Aku hanya ingin minta maaf pada Aar dan ingin selalu dekat
dneggannya. Aku ingin menjadi suatu bagian darinya, bukan sekedar sahabat
malamnya. Ya selam ini kami betrmu saat malam hari makanya aku selalu bilang
dia sahabat malamku.
Aku tahu dia sama sepertiku. Sejiwa. Dia juga
memiliki tuangan dan akan melangsungkan pernikahan tahun-tahun ini. Tetapi
kenapa aku bisa merasa kangen dan ingin dekat denggannya. Ini masih belum dua
minggu kejadin itu berlangsung. Tetapi kenapa aku bisa sehancur ini jika
menginggatnya. Apakah benar ini karena cinta.
Bagimana maunisa bisa mencintai dua orang,
sejenis dan lawan jenis hingga rasa cinta pada sang pencipta hampir pudar.
Jujur aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku ingin bertemu dengan Aar tetapi aku
takut bertemu dengan dirinya.