Sex di gunung terahir kali aku
lakukan saat masih di bangku kuliah. Dulu pengguna facebook belum sebnyak ini
dan teman gayku hanya 5-6an orang. Salah satunya Ramadan dan Bagus.
di SMA aku masuk dalam beberapa
organisasi salah satunya Pecinta alam. Jadi wajar aku suka naik turun gunung.
Langganan kami saat SMA masih gunung yang ada di kota kami. Dari sana kita bisa
melihat kota lebih indah.
Karena aku cukup sering kesan
bersama sehingga suatu waktu aku kesan hanya untuk bermain sex. Yang aku
ceritakan ini saat bersama temanku Ramadan menjelang ujian nasional sekolah.
Tak banya yang kami bawa hanya
tas yang berisi jaket, roti, minum, rokok dan korek serta senter. Kami
bernagkat jam 3 sore setelah tambahan pelajaran dari sekolah. Perjalanan sampai
kaki gunung sekitar satu jam. Sepeda motor kami titipkan di rumah penduduk
paling dekat. Kami mendaki setelah magrib.
Perjalanan menuju puncak tidak
lama hanya 1,5 jam an. Maklum gunungnya tak terlalu tinggi. Sekitar gunung
dikelilingi pohon pinus. Aroma daun pinus kering selalu membuatku bergairah.
Tak banyak basa basi sebelum
puncakpun kami sudah berciuman mesra. Di bawah batu besar dekat dengan puncak
kami mulai melepas baju satu persatu. Aku tahu jarang ada yang naik ke puncak
saat hari biasa. Jadi aman-aman saja.
Awalnya aku dulu yang jadi bot
karena aku yang mengajak. Tetapi sebelum sampai klimak ganti Ramadan yang jadi
bot. Hingga tiba-tiba ada suara langkah disertai gremicik lonceng.
Tentulah kami berdua segera
berkemas dan memakai pakian. Kondom dipenisku saja belum sempat aku lepas
penisnya sudah masuk kedalam CD. Lalu segera aku dna ramadan loncat menuju atas
sambil melihat siapa yang datang.
Ternyata ada bapak yang
mengembala 3 ekor sapi. Memang di sekiat sini banyak leguminase untuk pakan
sapi di saat musim kemarau seperti ini.
Aku dan Ramadan hanya berjalan sambil menunduk ke penggala sapi sebagai
tanda menghormati. Kemudian dibalas oleh bapak pengembala sapi tersebut.
“habis kecicing di sana?” kata
bapak itu mengagetkan kami.
“iya pak, kebelet” palasku singkat.
“sudah di basuh apa belum tadi?
Sini kalu belum ini ada air.”
“sudah pak.” Sambil lari menjauh.
Takut kalau bapak itu tadi telah tahu apa yang kita lakukan tadi. (maaf
sebenarnya percakapan menggunakan bahasa jawa murni yang langsung aku
terjemahkan kedalam bahasa indonesia).
Sampai di puncak memang tidak ada
satu orang pun. Kami beruda bebas melakukan apa saja. Bahkan kegiatan sex telah
terjadi setelah makan malam di puncak. Bahkan kami berbugil ria beberapa saat
lamanya sambil menikmati rokok.
Menjelang pagi udara semakin
dingin dan ahirnya kami mengenakan baju lagi dan sekarang ditambah jaket.
kOndom bekas dan bungkusnya sengaja kami bakar malam itu. Lalu aku dan Ramadan mengobrol panjang lebar berdua di
sana.
Tanpa kami sadari dan kami duga
bapak penggembala sapi itu naik kepuncak dan ikut mengobrol bersam kami. Untung
kami saat itu sudah mengenakan pakaian lengkap. Kami dan bapak itu berbicara
banyak sekali. Sebut saja namanya pak Sapi (lupa namanya). Pak sapi memberi
banyak petuah kepada kami.
Dia menceritakan kisah seorang
pasangan yang melakukan ML disana dan katanya sang laki-laki penisnya menjadi
membesar dan ahirnya meledah. Sedangkan sang wanita ahirnya berbadan dua dan
melahirkan anak yang menakutkan. Intinya dia mengetahui apa yang kami lakukan
dan melarang kami melakukannya lagi. Dongeng hanya akan menjadi dongeng.
Nyatanya aku dan ramadan sampai sekarang masih hidup.
Setalah kejadian itu aku masih
beberapa kali datang kesana. Bahkan aku pernah main ber empat disana dengan
beberpa teman kuliah. Nyatanya kami baik-baik saja.
Kami turun ke kampung sekitar jam
empat bersama pak sapi juga. Sampai di rumah penduduk terdekat pas imsak subuh.
Pak sapi menyurh kami mandi besar dulu dirumahnya kemudian sholat subuh di
rumahnya. Kami ikuti saja apa katanya saat itu. Lalu kami berdua pulang kerumah
dan bersekolah.
Lanjut....>
sex berempat di gunung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar