Minggu, 27 Juli 2014

Sailendar Sex di solo (parah)

Asik juga ternyata mamerin cerita sex kita di sini. Teman-temanku saja pada ngiri. Kisah-kisahku nyata lo... bukan hayalan anak kecil. Suwer.

Kali ini aku ceritain kegilaan teman cinta satu malamku. Aku berkenalan saat semester satu. Rumahnya berada di asal kota pak jokowi alias Solo alias Surakarta.

Aku berkenalan dan mendapat nomer HP nya dari seorang gigolo di sana. Sebut saja namanya X (kok nama samaran X terus, yang lain dong!!! Jawab: Males). Intinya aku disuruh kerumahnya.

Rumahnya sederhana. Memiliki teras ala rumah jawa, ruang tamu besar dan memiliki satu kamar yang sangt besar yang dijadikan tempat tidur, ruang makan, ruang kelurga dan ruang Tv. Tak ketinggalan rumah jawa yaitu kamar mandi dan dapur yang terpisah dengan ruang utama. Dia tinggal dengan kakeknya.

Yang aku bayangkan bagimana orang dulu bisa menikmati sahwat jika ruangganya seperti ini. Aku yakin ini rumah bangunan tua yang sama sekali belum direnofasi atau melakukan tambal sulam. Aku pikir di dapur atau di kamar mandi orang-orang dulu ML. Apalagi aku pernah dengar orang dulu Ml di kandang domba atau sapinya agar tidak ketahuan anak-anaknya.

Awalnya aku pikir dia mengajakku bermain sex di dapur atau di kamar mandi yang tidak terlihat orang. Eh... ternyata aku malah di ajak main di ruang keluarga. Bagai mana ya... habis di lihat kakeknya. Kalau kakeknya gay ga papa, katanya kakeknya normal ga pernah melakukan sex sesama jenis seperti ini. Katenya kakeknya pikun tetapi rasanya bagi mana gitu (Enakan main di pinggir jalan yang tidak terlihat orang dari pada main di dalam ruangan dilihat orang) Seperti ada cctv yang merekam adegan kami.

Dia terus memaksaku. Dengan sedikit canggung dia mainin aku. Jelas saja ahirnya penisku susah berdiri. La rasanya canggung ada kakeknya duduk menonton Tv sedangkan kami berdua Ml di kasur.

Awalnya aku suruh dia mengusir kakeknya atau mengajaknya sekalian. Tetapi sang kakek hanya menjawb ga pengen pergi katanya pengen lihat saja.

Karena ada rasa ga enak juga ahirnya sebelum ML  aku datangi kakeknya. Aku pegang selangkangnya, tetapi kakek itu diam, aku plorotkan sarungnya dan aku kulum penisnya dia hanya tersenyum.

“aku ini sudah tua, kerisku sudah loyo, sudah ga usah ngajak main aku, kalian main berdua saja” begitulah kata-kata kakek itu.

Ahirnya di depan sang kakek akmi berdua main. Sebernarnya si X asal solo ini ga ganteng dan ga menarik hanya saat itu aku belum punya teman gay yang dekat jadi aku ajak main saja.

Setelah main aku menghampiri kakeknya dan meminta maaf. Aku tawarkan untuk mencoba kenikmatan sex lagi. Kusedot-sedot terus penisnya hingga ahirnya dia mengelurkan air mani yang agak kental tanpa ereksi.
Sang kakek berterima kasih padaku.


Setelah kejadian itu aku beberapa kali datang kerumahnya. Buka utuk si X ini. Tetapi untuk si kakek. Lagian kakeknya juga menerimanya dan setelah itu selalu mengucapkan banyak terimakasih. 

Mungkin sudah setahun ini aku tak kesana. Apa aku kesana lagi saja ya...

2 komentar: